DoranDev – Memahami jenis metode akuntansi merupakan sebuah pilihan bijak. Karena dengan menggunakan metode ini, Anda dapat mencatat segala jenis transaksi dengan lebih mudah dan terinci. Meskipun begitu, ternyata belum banyak orang yang mengetahui tentang metode satu ini. Karena itulah, berikut penjelasan lengkap mengenai metode perpetual yang wajib Anda ketahui.
Apa Itu Metode Perpetual?
Metode perpetual adalah sistem pencatatan persediaan di mana setiap perubahan yang terjadi pada stok barang langsung dicatat secara rinci. Melalui metode ini, perusahaan dapat melacak saldo persediaan dan harga pokok penjualan (COGS) secara real-time. Biasanya, metode ini cocok digunakan untuk barang-barang bernilai tinggi, seperti kendaraan atau peralatan elektronik.
Metode perpetual dapat diterapkan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu FIFO, LIFO, dan Biaya Rata-Rata (Weighted Average). Metode ini berbeda dengan metode periodik yang hanya menghitung stok secara berkala, metode perpetual memberikan informasi yang lebih real-time dan akurat tentang persediaan barang.
Manfaat Menggunakan Metode Perpetual
Metode perpetual memberikan manfaat besar bagi pengelolaan persediaan barang, terutama dengan pencatatan real-time yang memungkinkan pemantauan stok secara akurat. Dengan metode ini, Anda dapat mengetahui ketersediaan barang yang tersisa, meminimalkan risiko kekurangan stok saat permintaan tinggi, dan mencatat arus barang masuk dan keluar untuk memperkirakan kondisi bisnis.
Selain itu, metode ini mempermudah proses perhitungan keuntungan, penyusunan laporan keuangan, serta analisis barang yang memiliki permintaan tinggi atau rendah. Metode perpetual juga mendukung pengelolaan bisnis yang lebih optimal dengan membantu menghindari perhitungan fisik berulang kali.
Metode ini sangat cocok digunakan oleh usaha yang menjual barang bernilai tinggi atau barang dengan masa kedaluwarsa, seperti makanan dan obat-obatan. Dengan penerapan sistem ini, pelaku bisnis dapat mengelola aset perusahaan secara efisien, sehingga operasional menjadi lebih lancar dan terorganisir. Selain itu, metode perpetual juga membantu Anda:
- Mencegah kekurangan atau kelebihan stok: Dengan mengetahui jumlah stok yang tepat, Anda dapat menghindari kerugian akibat kehabisan stok atau kelebihan stok yang tidak terjual.
- Meningkatkan efisiensi operasional: Proses pencatatan yang terotomatisasi dapat mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat proses pemesanan barang.
- Memudahkan dalam menyusun laporan keuangan: Data persediaan yang akurat akan memudahkan Anda dalam menyusun laporan keuangan dan melakukan analisis kinerja bisnis.
- Mempermudah dalam melakukan audit: Auditor dapat dengan mudah memverifikasi data persediaan jika Anda menggunakan metode perpetual.
Singkatnya, metode perpetual adalah alat yang sangat berharga bagi setiap bisnis yang ingin mengelola persediaan barang secara efisien dan efektif. Dengan menerapkan metode ini, Anda dapat meningkatkan profitabilitas bisnis Anda dan membuat keputusan bisnis yang lebih cerdas.
Baca juga: Mencapai Target dengan Metode S.M.A.R.T
Jenis Sistem Metode Perpetual
Metode perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan yang dilakukan secara terus-menerus, setiap kali terjadi transaksi pembelian atau penjualan. Metode ini memberikan informasi yang lebih akurat dan real-time tentang jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan. Dalam penerapan metode perpetual, terdapat beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Metode FIFO (First In, First Out)
Metode FIFO adalah metode penilaian persediaan yang mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali masuk ke gudang adalah barang yang pertama kali keluar. Artinya, barang yang diproduksi atau dibeli terlebih dahulu akan dijual terlebih dahulu.
Kelebihan:
- Sesuai dengan aliran fisik barang.
- Nilai persediaan akhir lebih mendekati nilai pasar saat ini.
- Cocok untuk barang yang mudah rusak atau memiliki masa kadaluarsa.
Kekurangan:
- Pada saat harga barang mengalami kenaikan, metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode LIFO. Hal ini dapat berdampak pada pajak yang harus dibayar perusahaan.
Contoh Penerapan:
- Pada tanggal 4 Juli, ada 100 unit barang dengan harga Rp19.000/unit.
- Pada tanggal 6 Juli, terjual 60 unit.
- Pada tanggal 10 Juli, dilakukan pembelian tambahan sebanyak 70 unit dengan harga Rp20.000/unit.
- Persediaan tersisa: 40 unit (Rp19.000/unit) + 70 unit (Rp20.000/unit).
FIFO umumnya digunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang barang tidak tahan lama, seperti makanan, minuman, atau obat-obatan.
2. Metode LIFO (Last In, First Out)
Berbeda dengan FIFO, metode LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir masuk ke gudang adalah barang yang pertama kali keluar. Artinya, barang yang diproduksi atau dibeli terakhir akan dijual terlebih dahulu.
Kelebihan:
- Pada saat harga barang mengalami kenaikan, metode LIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih rendah dibandingkan dengan metode FIFO. Hal ini dapat mengurangi beban pajak perusahaan.
- Cocok untuk industri dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Kekurangan:
- Nilai persediaan akhir yang dihasilkan oleh metode LIFO tidak mencerminkan nilai pasar saat ini.
- Kurang sesuai dengan aliran fisik barang.
Contoh Penerapan:
- Pada tanggal 10 Agustus, pembelian barang sebanyak 50 unit dengan harga Rp10.000/unit.
- Pada tanggal 28 Agustus, pembelian tambahan sebanyak 100 unit dengan harga Rp15.000/unit.
- Pada tanggal 5 September, terjual 45 unit barang dengan harga Rp15.000/unit (pembelian terakhir).
- Persediaan tersisa: 50 unit (Rp10.000/unit) + 55 unit (Rp25.000/unit).
LIFO sering digunakan untuk barang yang tidak mudah basi atau mengalami perubahan kualitas, seperti bahan bangunan atau tekstil.
3. Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average)
Metode rata-rata tertimbang menghitung biaya per unit dengan cara membagi total biaya perolehan barang dengan jumlah unit barang yang tersedia. Setiap kali ada pembelian baru, biaya rata-rata akan dihitung ulang.
Kelebihan:
- Menghasilkan nilai persediaan yang lebih stabil dibandingkan dengan metode FIFO dan LIFO.
- Mudah untuk dihitung dan diterapkan.
Kekurangan:
- Tidak mencerminkan aliran fisik barang secara akurat.
Contoh Penerapan:
- Pada pembelian pertama, 20 unit barang dengan harga Rp10.000/unit.
- Pembelian kedua, 30 unit barang dengan harga Rp12.000/unit.
- Biaya rata-rata per unit: [(20 × Rp10.000) + (30 × Rp12.000)] ÷ 50 = Rp11.200/unit.
Metode ini memudahkan dalam alokasi biaya unit barang sehingga cocok digunakan untuk berbagai jenis bisnis.
Baca juga: Metode Absensi Paling Sering Digunakan
Metode Perpetual vs Periodik
Seperti yang sudah disebutkan, metode perpetual berbeda dengan metode periodik yang lebih awam digunakan. Untuk mengetahui perbedaan keduanya lebih lanjut, simak penjelasannya di bawah ini:
1. Frekuensi Pembaruan
Metode Perpetual memberikan pembaruan secara real-time setiap kali transaksi pembelian atau penjualan terjadi. Hal ini memastikan informasi persediaan selalu terkini. Sementara itu, metode Periodik hanya memperbarui catatan persediaan pada akhir periode tertentu, yang umumnya dilakukan melalui penghitungan fisik.
2. Akurasi Data
Dalam hal akurasi, metode Perpetual unggul karena mencatat setiap perubahan stok secara langsung. Informasi ini sangat penting untuk pengambilan keputusan cepat. Sebaliknya, metode Periodik cenderung memiliki akurasi yang lebih rendah karena hanya bergantung pada pencatatan berkala yang berisiko mengalami selisih.
3. Kemudahan Identifikasi Kehilangan Barang
Metode Perpetual memungkinkan Anda mendeteksi kehilangan atau kerusakan barang dengan cepat, karena sistem akan menunjukkan perbedaan antara stok fisik dan catatan. Sebaliknya, metode Periodik baru mendeteksi kehilangan saat penghitungan fisik dilakukan di akhir periode.
4. Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP pada metode Perpetual dihitung secara langsung setiap kali ada transaksi penjualan, sehingga laporan keuangan lebih akurat. Di sisi lain, metode Periodik hanya menghitung HPP setelah penghitungan stok selesai, membuatnya kurang relevan untuk laporan real-time.
5. Biaya Operasional
Metode Perpetual membutuhkan biaya operasional yang lebih tinggi karena memerlukan perangkat lunak canggih dan pelatihan khusus bagi pengguna. Sebaliknya, metode Periodik lebih hemat biaya karena tidak membutuhkan sistem kompleks, sehingga lebih cocok untuk bisnis skala kecil.
6. Kompleksitas Sistem
Metode Perpetual dikenal lebih kompleks karena membutuhkan pencatatan detail pada setiap transaksi. Namun, kompleksitas ini sepadan dengan manfaat yang ditawarkan. Metode Periodik, dengan pencatatan yang lebih sederhana, lebih cocok untuk perusahaan dengan volume transaksi yang rendah.
7. Cocok untuk Jenis Bisnis Tertentu
Metode Perpetual sangat ideal untuk perusahaan besar dengan volume transaksi tinggi dan kebutuhan pengawasan stok secara real-time. Sebaliknya, metode Periodik lebih sesuai untuk perusahaan kecil hingga menengah yang tidak memiliki banyak varian produk atau transaksi.
Baca juga: Apa Itu Point Of Sale dan Manfaatnya untuk Bisnis?
Penutup
Itulah pejelasa seputar metode Perpetual yang wajib Anda ketahui. Pastikan kembali apakah metode ini cocok untuk digunakan dalam usaha Anda. Selain metode, Anda juga bisa menggunakan aplikasi bisnis online dari DoranDev untuk memperluas jaringan usaha juga bisa menjadi pilihan baik untuk Anda. Dengan aplikasi, Anda bisa menjangkau customer yang lebih luas dan tersebar di seluruh Indonesia.