DoranDev — Salah satu metrik yang berperan penting dalam membantu perusahaan adalah attrition rate. Bagi Anda yang belum pernah mendengar tentang apa itu attrition rate, metrik ini berfungsi untuk menilai tingkat kepuasan karyawan pada perusahaan.
Memahami attrition rate menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan dan kesehatan organisasi di tengah situasi bisnis yang terus mengalami perubahan. Berikut pengertian, jenis, penyebab, dan cara menghitung attrition rate secara efektif.
Apa Itu Attrition Rate?

Employee attrition adalah proses ketika karyawan meninggalkan perusahaan, baik secara sukarela maupun tidak, dalam suatu periode tertentu. Angka attrition yang terlalu tinggi bisa menjadi sinyal bahaya bagi perusahaan. Dalam manajemen SDM, rasio attrition digunakan untuk mengukur dampaknya terhadap organisasi.
Attrition rate biasanya dinyatakan dalam persentase dan menggambarkan seberapa cepat karyawan keluar tanpa adanya pengganti yang langsung. Jika tidak dikendalikan dengan baik, maka bisa mengganggu operasional hingga penurunan produktivitas. Oleh karena itu, perusahaan perlu memantau dan mengevaluasi tingkat attrition secara rutin sebagai langkah preventif.
Jenis-Jenis Attrition Rate

Dalam dunia HR, attrition rate tidak bisa dipandang sebagai satu metrik tunggal karena ada beberapa jenis attrition yang diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan dampaknya terhadap perusahaan. Simak jenis-jenis berikut.
1. Voluntary Attrition (Attrition Sukarela)
Voluntary Attrition terjadi ketika karyawan memilih untuk meninggalkan perusahaan atas kehendaknya sendiri. Alasannya bisa beragam, mulai dari keinginan untuk mencari peluang karier yang lebih baik hingga alasan pribadi. Jika yang keluar adalah talenta unggulan, tentu hal ini bisa berdampak negatif bagi produktivitas dan stabilitas tim.
2. Involuntary Attrition (Attrition Tidak Sukarela)
Involuntary attrition terjadi saat perusahaan mengakhiri hubungan kerja dengan karyawan. Alasannya bisa karena restrukturisasi, efisiensi, atau performa. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa berdampak pada penurunan semangat kerja tim lainnya.
Baca Juga: Apa Itu Talent Acquisition? Strategi untuk Mencari Talenta Terbaik!
3. Functional Attrition (Attrition Fungsional)
Jenis attrition ini dianggap “positif” karena terjadi ketika perusahaan kehilangan karyawan yang kinerjanya kurang optimal. Kehilangan individu yang kurang berkontribusi justru membuka peluang untuk peningkatan kualitas tim.
4. Dysfunctional Attrition (Attrition Disfungsional)
Dysfunctional Attrition adalah jenis yang paling dihindari oleh perusahaan. Umumnya terjadi ketika karyawan berkompetensi tinggi memutuskan untuk keluar karena faktor internal, seperti lingkungan kerja yang tidak mendukung atau manajemen yang buruk.
Kehilangan mereka bisa berdampak besar pada performa dan kesuksesan jangka panjang perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk segera mengidentifikasi penyebab dan mengambil langkah perbaikan.
Penyebab Adanya Attrition Rate

Penyebab terjadinya attrition rate dalam suatu perusahaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Tidak hanya dari sisi internal perusahaan, tapi juga faktor eksternal karyawan itu sendiri. Berikut beberapa faktor utamanya.
- Manajemen Perusahaan yang Buruk: Terjadi karena sistem pengelolaan yang kurang efektif sehingga merusak budaya atau value perusahaan dan membuat karyawan merasa tidak nyaman.
- Kompensasi yang Tidak Memadai: Gaji dan tunjangan yang tidak sebanding dengan beban kerja atau standar industri, mendorong karyawan mencari peluang kerja yang lebih menguntungkan.
- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK): Dapat disebabkan oleh performa karyawan yang kurang memuaskan atau kondisi kondisi keuangan perusahaan yang sedang tidak stabil sehingga mengharuskan pengurangan jumlah tenaga kerja.
- Tidak Adanya Peluang Pengembangan Karier: Karyawan merasa tidak memiliki prospek untuk tumbuh dan berkembang, sehingga memilih pindah ke perusahaan lain yang lebih mendukung pertumbuhan profesional.
- Ketidakpuasan Kerja: Hubungan yang buruk dengan atasan atau rekan kerja, tugas yang monoton, hingga lingkungan kerja yang tidak mendukung dapat menjadi penyebab tingginya attrition rate.
- Gaji dan Tunjangan yang Tidak Kompetitif: Perusahaan lain dapat menawarkan benefit yang lebih menarik sehingga karyawan mempertimbangkan untuk pindah.
- Ketidakcocokan Budaya Perusahaan: Terkadang, karyawan merasa kurang cocok dengan cara kerja atau nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan. Akhirnya, karyawan merasa tidak nyaman atau tidak memiliki keterikatan emosional terhadap tempat kerja.
Baca Juga: Ini Komponen dan Rumus Mudah Menghitung Biaya Rekrutmen Karyawan
Cara Mengukur Attrition Rate

Jika Anda ingin mengetahui seberapa besar tingkat keluar atau masuknya karyawan di sebuah perusahaan, bisa menghitung attrition rate menggunakan rumus berikut. Angka ini menjadi indikator kepuasan dan kestabilan kerja karyawan di sebuah perusahaan.
Rumus attrition rate:
Jumlah karyawan yang keluar ÷ Jumlah total karyawan × 100
Contoh menghitung attrition rate:
Perusahaan A memiliki 600 karyawan di tahun 2022. Lalu, di awal 2023, ada penambahan 100 karyawan, sehingga total karyawan menjadi 700 orang. Di akhir tahun 2023, tercatat ada 200 karyawan yang keluar.
Maka perhitungannya: 200 ÷ 700 × 100 = 28,5%
Artinya, selama tahun 2023, sekitar 28,5% karyawan meninggalkan perusahaan. JIka angkanya cukup tinggi, tim HR perlu lebih waspada dan mulai mengevaluasi faktor-faktor internal, seperti pengembangan karier, kompensasi, atau kenyamanan kerja karyawan.
Baca Juga: Perbedaan HRD dan Personalia: Kunci Sukses Pengelolaan SDM
Penutup
Penting bagi perusahaan untuk memahami apa itu attrition rate, jenis-jenis, penyebabnya, hingga cara menghitungnya dengan tepat. Hal tersebut dapat membantu perusahaan mengambil langkah bijak dalam menjaga karyawan agar tetap produktif.
Agar pemantauan berjalan lebih efektif, perusahaan bisa menggunakan aplikasi absensi seperti Jeclock dengan data yang real time dari Dorandev. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami via WhatsApp!